3 Hal yang Tak Boleh Dilakukan saat Resesi

IVOOX.id, Jakarta - Resesi menjadi ancaman yang sulit dihindari di Indonesia imbas serangan virus corona. Pandemi tersebut membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II sudah minus 5,32 persen.
Sementara di kuartal III, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah memproyeksikan perekonomian bakal minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi negatif artinya Indonesia bisa masuk jurang resesi.
Segala langkah harus disiapkan untuk mengatasi kondisi tersebut khususnya dalam mengatur keuangan. Nah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat resesi datang:
Jangan Menahan Konsumsi
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah mengakui struktur terbesar dalam perekonomian Indonesia adalah konsumsi rumah tangga. Menurut Piter, resesi ekonomi akibat pandemi virus corona sebenarnya adalah suatu kewajaran, yang hampir terjadi di semua negara.
Piter mengatakan yang perlu dilakukan saat ini adalah pemerintah mengencangkan 'sabuk pengaman'. Adapun andil utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsumsi rumah tangga.
Untuk itu, pemerintah perlu mendorong konsumsi, seperti bantuan sosial, program keluarga harapan (PKH), serta jaring pengaman sosial lainnya yang dapat mendorong daya beli masyarakat.
Jangan Boros
Perencana Keuangandari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, menyarankan agar belanja barang-barang yang tidak mendesak harus ditunda dulu apabila Indonesia masuk resesi.
Apabila kondisi pemasukan dan dana tabungan terbatas, bahkan bila mengalami pengurangan penghasilan atau terkena PHK, maka sebaiknya membelanjakan uang hanya untuk kebutuhan yang benar-benar penting dan diperlukan dulu. Andy menyebutkan beberapa kebutuhan penting yang tidak bisa ditunda adalah makanan, tagihan, sampai keperluan sekolah anak.
“Sementara kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya kesenangan ataupun keinginan sebaiknya ditunda terlebih dahulu,” ujar Andy.
Jangan Panik
Dikutip dari Marketwatch, Salah satu orang terkaya dunia yang juga pendiri perusahaan investasi Bekshire Hathaway, Warren Buffett, memang melihat ini sebagai krisis yang parah. Tapi menurutnya, menghadapi situasi seperti ini tak bisa dengan kepanikan. Di balik setiap kesulitan, selalu ada peluang. Hanya orang yang tenang yang dapat melihat peluang tersebut.

0 comments