BI: Inflasi DKI Jakarta 0,49% di Mei 2017 | IVoox Indonesia

May 19, 2025

BI: Inflasi DKI Jakarta 0,49% di Mei 2017

1

iVOOXid, Jakarta - Memasuki bulan Ramadhan, tekanan inflasi DKI Jakarta mulai meningkat, namun masih terkendali. Meningkatnya permintaan masyarakat saat awal Ramadhan, terkait aktivitas konsumsi bulan Ramadhan dan persiapan hari Raya Idul Fitri, mendorong inflasi Mei 2017 mencapai 0,49% (mtm).

"erkembangan kenaikan harga-harga yang disertai penyesuaian harga administered prices dan tarif rumah sakit mengakibatkan inflasi bulan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi satu bulan sebelum Idul Fitri dalam tiga tahun sebelumnya, yaitu 0,43 persen (mtm),"‎ ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono‎ dalam keterangannya, Jakarta, Jumat (2/6/2017).

Pencapaian tersebut, kata Doni, juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional (0,39% mtm). Dengan perkembangan ini, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,85 persen (ytd) atau 4,00 persen (yoy).

Dari sisi disagregasi, menurut Doni, naiknya harga sebagian besar kelompok volatile food menjadi faktor utama pendorong inflasi Mei 2017. Memasuki bulan Ramadhan, harga telur ayam naik sebesar 7 persen (mtm), seiring tingginya permintaan telur sebagai bahan baku membuat kue untuk keperluan Ramadhan.

Komoditas pangan lain yang terpantau mengalami kenaikan akibat naiknya permintaan adalah daging ayam ras sebesar 3,46 persen (mtm) dan daging sapi sebesar 5,57 persen (mtm). Sementara itu, bawang putih mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi sebesar 19,79 persen (mtm) akibat berkurangnya pasokan impor dari Tiongkok menyusul mundurnya jadwal panen dari April ke Mei/Juni).

"Disamping itu, adanya beberapa praktik penimbunan menambah dorongan kenaikan harga bawang putih," jelas Doni.

Sejalan dengan kelompok volatile food, inflasi inti juga mengalami kenaikan, walau masih terbatas. Komoditas yang tergabung pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kesehatan, merupakan pendorong utama kenaikan inflasi inti. Kenaikan harga bahan baku daging ayam ras dan telur ayam, menyebabkan harga produk turunannya seperti nasi dengan lauk mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen (mtm).

Kenaikan juga disebabkan oleh dorongan permintaan kue-kue seperti biskuit dan kue kering dalam rangka persiapan hari raya. Selain karena dorongan permintaan, kenaikan harga komoditas-komoditas tersebut juga didorong oleh meningkatnya harga bahan baku. Dari kelompok pengeluaran kesehatan, naiknya tarif rumah sakit sebesar 4,07 persen (mtm), turut menambah tekanan inflasi dari kelompok inti.

Inflasi juga dipicu oleh naiknya beberapa komoditas pada kelompok administered prices. Kebijakan pemerintah melakukan penyesuaian subsidi listrik 900VA tahap III yang berlaku Mei 2017, menyebabkan tarif listrik dalam keranjang IHK meningkat sebesar 0,7 persen (mtm).

Selain itu, adanya kenaikan harga beberapa bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, menyebabkan bensin dan solar mengalami kenaikan sebesar 0,89 persen (mtm) dan 0,14 persen (mtm). Penyesuaian harga juga terjadi pada komoditas rokok menyusul kenaikan tarif cukai rokok yang ditetapkan di awal tahun.

Sementara itu, adanya beberapa libur panjang pada bulan Mei 2017, mendorong masyarakat untuk membeli tiket pesawat untuk keperluan berlibur ke luar kota. Hal ini tercermin dari tarif angkutan udara yang mengalami kenaikan sebesar 2,89 persen (mtm).[ava]

0 comments

    Leave a Reply