Bimtek Pengrajin Sepatu, UMKN: Kami inginkan wadah untuk pemasaran digital

IVOOX.id – UMKM Cibaduyut yang tergabung dalam pengrajin Sepatu dan Sandal kulit mendapatkan pelatihan dan bimbingan teknis (Bimtek) yang diinisiasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung. Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Universitas Indonesia Membangun (Inaba) untuk cara pemasaran di media sosial dan produksi pada, Selasa (18/7/2023).
Kegiatan yang diikuti sebanyak 50 orang yang tergabung dalam pengrajin dan pelaku UMKM di Cibaduyut itu punya misi menciptakan Kampung Wisata Cibaduyut.
Kini UMKM Sepatu di Cibaduyut menghadapi banyak tantangan masalah, salah satunya ialah tentang pemasaran digital. Untuk itu, Disparbud dan Inaba berkolaborasi memecahkan masalah tesebut dengan Bimtek, Siti Syadiah salah satu Pelaku UMKM memaparkan masalah yang sedang ia hadapi bersama teman-temannya sesama pelaku usaha di Cibaduyut.
“Kendala di kami itu pengrajin banyak hampir tiap rumah tapi susah pemasarannya. Pernah jualan online tapi sebulan dua bulan berhenti karena tidak ada yang mendampingi. Kami inginkan itu ada wadah terkait penjualan ini, “ungkap Siti.
Menurutnya yang banyak pelatihan pemasaran digital itu diperuntukan untuk anak muda, namun tak beriringan dengan pembekalan soal pembukuan dan pengaturan keuangan.“ Untuk keuangan kita jujur tidak ada pelatihan sama sekali tentang kebutuhan keuangan,” ujar Siti menjelaskan saat sesi diskusi di Bimtek.
Rangga Wijaya Permana sebagai pendamping tenaga ahli Disbudpar Kota Bandung menjelaskan, program kampung wisata tersebut dilaksanakan di 8 titik di Kota Bandung salah satunya di Cibaduyut.
“Jadi kampung wisata Cibaduyut ini merupakan salah satu dari 8 titik di kota Bandung yang akan kita jadikan kampung wisata sebagai janji Disparbud yang bertema tematik untuk mengangkat kearifan lokal yang ada di daerahnya,” ucap Rangga saat berlangsungnya kegiatan.
Selanjutnya ia menyebut program kampung wisata yang diinisiasi oleh Disparbud Kota Bandung dilaksanakan di 8 titik di antaranya Cibaduyut, Cibiru, Braga, Cigondewah, Gedebage, Cinambo, Cigadung dan juga Binong. Beberapa lokasi tersebut diangkat ciri khasnya dari masing-masing daerah.
Disbudpar Kota Bandung menggaet akademisi dan mahasiswa dalam program tersebut. Di Cibaduyut sendiri Disparbud bekerja sama dengan Univarsitas Inaba dalam pelatihan dan bimbingan kepada UMKM sebagai kurikulum Pengabdian Kampus Merdeka.
Adalah Ketua LPPM Universitas Inaba, Muhammad Iqbal Alamsyah menjelaskan terdapat 5 program yang sudah ia rancang bersama Dosen dan Mahasiswa untuk pembangunan Kampung Wisata Cibaduyut Tersebut.
“Kami melakukan program pendampingan dari bulan Juli sampai September terkait Kampung wisata Cibaduyut, yang pertama dukungan terkait konten produksi, terkait pembuatan konten di media sosial. Kita akan kita support bersama dosen dan mahasiswa Ilmu Komunikasi, yang ke dua produksi umkm di cibaduyut, yang ke tiga tgeneration gap,” papar Iqbal.
Ia melihat Cibaduyut ini kurang percaya diri tentang produk-produknya, sehingga generasi berikutnya tidak melanjutkan usaha orang tua mereka. “Jadi itu kita bantu dengan program-program bersama dosen Psikologi kami, yang keempat tentang pembukuan keuangan dan yang terakhir tentang bantuan modal,” jelas Iqbal
Ke depannya, Iqbal Bersama Universitas Inaba berjani akan menjalankan program Kampung Wisata secara berkelanjutan, program tersebut akan melibatkan 30 Dosen dan 100 orang mahasiswa.
“Kami melibatkan kurang lebih ada 30 dosen pengajar dan 100 mahasiswa yang terlibat di pendampingan ini selama 3 bulan, dan pendampingan ini baru tahap awal, nanti setelah 3 bulan di bulan September haslnya akan kami evaluasi dan kami akan melakuan program lanjutan,” pungkas Iqbal.
Sementara itu dilain pihak, Agus Setiawan salah seorang pelaku bisnis sepatu di Cibaduyut menyebut untuk menjadikan cibaduyut sebagai kampung wisata, perlu ada perubahan skala prioritas di mana sekarang Cibaduyut menjadi lokasi wisata belanja sepatu ini harus dirubah menjadi target wisata produksi.
“Untuk menjalankan misi itu perlu melakulan revitalisasi fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) industri alas kaki yang sudah sejak lama ada di Cibaduyut, UPT ini harus memfasilitasi tempat untuk mendisplay produk-produk sepatu hasil produksi para pengrajin Cibaduyut,” papar Agus yang juga pernah menjadi Pembina pengrajin sepatu Cibaduyut.
Agus juga menerangkan, bahwa di UPT harus disediakan tempat yang menjadi miniatur produksi sepatu, sehingga pengunjung bisa langsung melihat hasil produksi sekaligus mengetahui bagaimana proses sebuah sepatu itu diproduksi.
Ia melanjutkan, bahwa rencana untuk meningkatkan penjualan para pengrajin dengan program digitalisasi, selama ini terdapat kesalahan dalam meng-treatment UMK produksi yang dipaksa untuk melakukan proses pemasaran sendiri.
Menurut Agus, di perusahaan besar pun divisi produksi dan marketing itu terpisah, sehingga seharusnya langkah yang diambil adalah membentuk suatu lembaga khusus yang bertugas untuk mempromosikan dan memasarkan produk sepatu hasil dari Cibaduyut. Jadi para pengrajin lebih fokus di produksi, pengembangan model, standar kualitas dan memenuhi kapasitas produksi.
“Sebagai contoh konsep ini sudah dilakukan oleh IRVshoes yang dimiliki oleh saya sendiri, di mana saya hanya fokus di sisi produksi sementara penjualan dikelola oleh anak saya,” pungkas Agus yang juga Ketua UMKM Naik Kelas (UNK) Jawa Barat.

0 comments