Pelaku Pasar Saham Khawatirkan Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

IVOOX.id, Jakarta - Untuk perdagangan awal pekan ini, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi tertekan.
“Saat ini pasar kahawatir akan adanya peningkatan US yield sehingga IHSG mengalami capital outflow,” kata David Sutyanto, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas, di Jakarta, Senin (5/1/2018).
Data inflasi juga, kata dia, menunjukkan penurunan dari angka 2,95% menjadi 2,69%. Pada awal pekan ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang diproyeksikan akan berada pada kisaran 5,1%. “IHSG diperkirakan akan bergerak pada rentang 6.600-6.670,” ujarnya.
Memasuki awal bulan Februari IHSG ditutup menguat pada akhir pekan lalu. Pada Jumat (2/2/2018), IHSG ditutup dengan penambahan 30,36 poin atau 0,46% menjadi 6.628,82. IHSG sempat menyentuh level tertingginya Senin lalu (29/1) di posisi 6.680,62.
Selama pekan lalu, IHSG tercatat masih mengalami koreksi 31,8 poin atau 0,48%. Sektor aneka industri merupakan sektor dengan kenaikan tertinggi yaitu 1,19%, diikuti sektor perdagangan yang sebesar 0,73%.
Sedangkan sektor yang menjadi pemberat bagi IHSG adalah industri dasar sebesar 0,92% dan konstruksi minus 0,22%. Investor Asing juga mencatatkan net sell sebesar Rp770 miliar. “Hal ini mengindikasikan adanya aksi profit taking setelah IHSG mencetak rekor,” ujar David.
Sementara itu, bursa saham AS jatuh pada akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 666,75 poin dan ditutup pada level 25.520,96. “Dengan demikian, indeks Dow Jones mengalami penurunan terburuk sejak Juni 2016 di mana pada saat itu indeks acuan AS ini melorot lebih dari 500 poin,” ucapnya.
Sementara itu, indeks S&P 500 turun 2,1% di posisi 2.762,13. Sedangkan indeks Nasdaq anjlok 1,96% menjadi 7.240,95. “Hal ini terjadi dikarenakan data tenaga kerja AS yang lebih baik dari prediksi sehingga diperkirakan suku bunga akan meningkat,” pungkas David. (jaw)

0 comments