Rupiah Menguat, Gubernur BI Yakin Karena Mekanisme Pasar Riil

IVOOX.id, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengaku penguatan rupiah hari ini, Jumat (7/9), lebih karena mekanisme pasar secara rill ketimbang adanya intervensi bank sentral.
Perry memuji langkah para pengusaha yang menukarkan valuta asing (valas) miliknya dengan rupiah dalam beberapa hari terakhir ikut mempengaruhi penguatan. "Hari ini pergerakan pasokan dan permintaan terus berlangsung. Itu jadi bagian penting kenapa rupiah stabil," ujar Perry di Jakarta. Akibat hal itu, lanjutnya, suplai atau pasokan di pasar valas menjadi bertambah sehingga permintaan dapat terpenuhi. Ketersediaan likuiditas dolar AS di pasar akhirnya membuat nilai mata uang rupiah terapresiasi dalam beberapa hari terakhir.
Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak menguat sebesar 37 poin ke Rp14.836 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.873 per dolar AS.
Perry mengatakan, meski nilai rupiah yang terbentuk saat ini, sudah lebih banyak dipengaruhi mekanisme pasar secara riil, namun ia menekankan fokus BI masih tetap mewaspadai gejolak nilai tukar dalam beberapa waktu ke depan. "Terkait dengan keberadaan kami di pasar, bahwa mekanisme pasar juga semakin kuat. Sehingga membentuk pergerakkan kurs yg mencapai suplai dan permintaan di pasar," ujar dia.
Perry tidak menjawab dengan pasti apakah level rupiah saat ini masih berada di luar nilai fundamentalnya.
Namun, dia mengatakan ruang penguatan bagi rupiah masih terbuka karena fundamental ekonomi Indonesia yang baik, seperti pertumbuhan ekonomi 5,27 persen pada kuartal II 2018, pertumbuhan kredit yang melebihi 10 persen (yoy), dan rencana pemerintah unttuk mengurangi defisit transaksi berjalan.
"Saya yakini defisit transaksi berjalan juga akan turun. Hal itu akan mendukung langkah stabilitas," ujarnya, diberitakan Antara.
Perry menambahkan, langkah pemerintah untuk mengurangi defisit transaksi berjalan sudah sangat konkret. Langkah itu seperti penaikkan pajak penghasilan (PPh) sebanyak 1.147 barang impor, kebijakan penggunaan campuran solar dan minyak sawit mentah (B20) dan juga perluasan sektor pariwisata.

0 comments