Sebelum Terlambat! ini Gejala Kanker Kelenjar Getah Bening Serang Usia Produktif | IVoox Indonesia

May 1, 2025

Sebelum Terlambat! ini Gejala Kanker Kelenjar Getah Bening Serang Usia Produktif

IMG-20201228-WA0003

IVOOX.id, Jakarta - Begitu banyak jenis-jenis kanker dalam dunia kesehatan. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang membahayakan dan menjadi penyakit penyebab kematian pertama.

Salah satu jenis kanker yang juga berbahaya apabila tidak segera diobati adalah kanker kelenjar getah bening.

Apa itu kanker kelenjar getah bening? dan bagaimana gejalanya?

Kanker kelenjar getah bening atau limfoma adalah kanker darah yang dapat mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati) biasanya ditemukan pada pasien berusia sekitar 60 tahun.

Namun, saat ini Limfoma banyak ditemukan pada pasien usia sekitar 40 tahun.

Hal ini diungkapkan dr Niken Putu Ayu Amrita Sp PD KHOM, spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik saat ditemui di Adi Husada Cancer Center (AHCC).

"Datanya memang lebih banyak menyerang di atas 60 tahun, tetapi akhir-akhir ini banyak di usia muda,"ungkapnya, beberapa hari yang lalu.

Dokter Niken menjelaskan hingga saat ini penyebab kanker ini masih belum pasti, melainkan multifaktor.

Diduga ada kaitan dengan stres fisik maupun psikis.

Namun, untuk pemeriksaan awal setiap pembesaran kelenjar getah bening harus diperiksakan secara medis agar diketahui jenisnya.

"Harus dicari, bisa radang ataupun kanker. Kanker juga bisa penyebaran atau kanker kelenjar getah bening itu," lanjutnya.

Ia pun menjelaskan kanker kelenjar getah bening kerap ditandai dengan munculnya benjolan di bagian tubuh yang terdapat kelenjar getah bening, seperti ketiak, leher, selangkangan.

Dapat juga timbul gejala tidak spesifik seperti demam, penurunan berat badan dan keringat malam, sesak, mudah lelah.

Pada penderita Limfoma terjadi perubahan atau mutasi DNA pada salah satu jenis sel darah putih yaitu limfosit.

Limfosit terus membelah dan berkembang secara abnormal (tanpa henti), sehingga terjadi penumpukan limfosit di dalam kelenjar getah bening.

"Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya perubahan DNA pada salah satu jenis sel darah putih tersebut. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami limfoma non-Hodgkin," urainya.

Beberapa resiko terkena limfofa dikatakan dokter Niken di antaranya berusia 60 tahun ke atas,

Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya, akibat menggunakan obat imunosupresan.

Menderita infeksi virus dan bakteri tertentu, seperti infeksi virus Epstein-Barr, HIV.

Memiliki riwayat limfoma non-Hodgkin dalam keluarga.

Kemudian terpapar bahan kimia tertentu secara terus-menerus, seperti pestisida.

"Untuk mendiagnosis limfoma non-Hodgkin, dokter akan menanyakan riwayat penyakit dan keluhan yang dialami pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha," urainya.

Dokter kemudian juga akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis.

Pemeriksaan tersebut dapat berupa laboratorium darah, biopsi kelenjar getah bening, pemeriksaan biopsi biasanya akan diikuti dengan pemeriksaan imunohistokimia, yaitu pemeriksaan antibodi yang menempel pada jaringan tersebut.

"Pemeriksaan ini berguna dalam menentukan pengobatan, sementra imaging dilakukan dengan foto Rontgen, USG, CT scan, MRI, atau PET scan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui lokasi dan ukuran kanker, serta seberapa jauh sel kanker telah menyebar," urainya.

Setelah dokter selesai melakukan pemeriksaan dan memastikan diagnosis, dokter juga akan menentukan stadium kanker yang diderita pasien.

Limfoma non-Hodgkin terbagi menjadi 4 stadium.

Pada Stadium 1, kanker hanya menyerang salah satu kelompok kelenjar getah bening, misalnya kelompok kelenjar getah bening pada lipat paha atau leher.

Stadium 2, bagian tubuh dalam stadium limfoma dipisahkan oleh diafragma. Stadium 2 menandakan bahwa kanker menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening di atas atau di bawah diafragma.

"Pada stadium 3, kanker sudah berada di kelompok kelenjar getah bening di bagian atas dan bagian bawah diafragma.dan Stadium 4 Limfoma non-Hodgkin menandakan bahwa kanker sudah menyebar keluar dari sistem limfatik dan masuk ke sumsum tulang atau organ lain,"paparnya.

Pengobatan Limfom Non-Hodgkin

Pengobatan Limfoma non-Hodgkin bertujuan untuk menghilangkan kanker dan mencegah penyebarannya ke organ lain.

"Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan stadium kanker, usia, dan kondisi kesehatan pasien," urainya.

Mulai dari Kemoterapi, Radioterapi untuk mengobati limfoma non-Hodgkin yang letaknya lokal.

Dan juga terapi antibodi monoklonal, yaitu pengobatan menggunakan obat antibodi monoklonal, seperti rituximab, untuk meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam menghancurkan sel-sel kanker.

"Umumnya, terapi antibodi monoklonal akan dikombinasikan dengan kemoterapi," paparnya.

Ada pula transplantasi sumsum tulang yang bisa dilakukan di Indonesia jika diambil dari tubuh pasien sendiri.

Sementara jika dari pendonor belum bisa dilakukan di Indonesia. Pencegahan Limfoma Non-Hodgkin

Penyebab limfoma non-Hodgkin belum diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, pencegahannya pun sulit untuk dilakukan.

"Langkah terbaik adalah pola hidup sehat, tidak menyalahgunakan NAPZA atau melakukan hubungan seksual yang berisiko menyebabkan HIV/AIDS serta berkonsultasi secara rutin dengan dokter jika mengonsumsi obat imunosupresan untuk menghindari efek samping yang mungkin terjadi," urainya.

Selain itu perlu melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang.

0 comments

    Leave a Reply