Sri Mulyani Laporkan Penerimaan Pajak Membaik dan Kinerja SUN Positif | IVoox Indonesia

April 26, 2025

Sri Mulyani Laporkan Penerimaan Pajak Membaik dan Kinerja SUN Positif

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajarannya dalam konferensi pers di kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). (ANTARA/Imamatul Silfia)

IVOOX.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melaporkan kinerja penerimaan pajak mengalami perbaikan per 17 Maret 2025. Ia juga menyebut kinerja SUN positif di tengah dinamika pasar saham.

“Penerimaan pajak pada bulan Maret terus menunjukkan tren yang positif. Penerimaan bruto antara tanggal 1 sampai 17 Maret 2025 bahkan sudah menunjukkan pertumbuhan positif 6,6 persen,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Selasa (18/3/2025), dikutip dari Antara.

Sri Mulyani menyatakan capaian itu merupakan perkembangan signifikan bila dibandingkan dengan catatan terakhir 28 Februari 2025, dengan penerimaan pajak bruto negatif 3,8 persen.

“Jadi, dalam kurun waktu 17 hari, terjadi turn around dari penerimaan bruto, yang sebelumnya negatif 3,8 persen pada akhir Februari menjadi positif 6,6 persen pada 17 Maret,” katanya lagi.

Dalam kesempatan itu, ia menegaskan posisi penerimaan negara pada Februari 2025 disebabkan faktor restitusi yang cukup besar, sehingga data belum stabil.

Realisasi penerimaan pajak pada Januari hingga Februari 2025 tercatat sebesar Rp 187,8 triliun. Angka itu turun signifikan bila dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 269,02 triliun.

Namun, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menyatakan perlambatan itu merupakan suatu hal yang normal.

Secara tren historis, penerimaan pajak pada bulan Januari dan Februari cenderung menurun dibandingkan Desember tahun sebelumnya. Penerimaan akan meningkat pada Desember imbas natal dan tahun baru. Kemudian, penerimaan menurun usai pergantian tahun seiring dengan kembali normalnya transaksi penerimaan.

Adapun untuk pajak Januari dan Februari 2025, Anggito menyebut ada dua faktor yang memicu perlambatan penerimaan, yaitu penurunan harga komoditas dan dampak kebijakan administratif.

Pada Januari-Februari, sejumlah komoditas utama mengalami penurunan harga, di antaranya batu bara (-11,8 persen), brent (-5,2 persen), dan nikel (-5,9 persen).

Dari segi kebijakan administratif, sistem tarif efektif rata-rata (TER) yang diterapkan sejak Januari 2024 menimbulkan lebih bayar senilai Rp16,5 triliun, yang perlu dikembalikan pada Januari dan Februari 2025. Di sisi lain, relaksasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dalam negeri (DN) juga disebut menjadi faktor pemicunya.

Kinerja SUN Positif

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyatakan kinerja Surat Utang Negara (SUN) pada lelang 18 Maret 2025 menunjukkan hasil yang sangat baik di tengah dinamika pasar saham.

“Penawaran yang masuk atau incoming bid sangat kuat, yang menggambarkan kepercayaan investor kepada pemerintah dan APBN, yaitu Rp 61,75 triliun,” katanya.

Untuk lelang kali ini, pemerintah menetapkan target indikatif senilai Rp26 triliun. Artinya, nilai penawaran yang masuk itu setara dengan 2,38 kali dari target indikatif.

Dari nilai itu, sebanyak Rp 13,95 triliun atau 22,59 persen berasal dari investor asing. Sri Mulyani optimistis hal ini menandakan kepercayaan investor asing terhadap Indonesia tetap tinggi.

“Dengan penawaran masuk yang kuat, maka Kemenkeu dapat melakukan pemilihan untuk penawaran yang dimenangkan atau awarded bid. Dari target lelang minggu ini Rp 26 triliun, kami memenangkan Rp 28 triliun, di atas target indikatif yang sudah ditetapkan,” ujarnya.

Komposisi investor asing dari nominal yang dimenangkan mencapai 19,04 persen atau Rp 5,33 triliun.

Imbal hasil (yield) pun juga tercapai dengan baik, yaitu pada tingkat imbal hasil yang sama dengan secondary market. Artinya, pemerintah tidak perlu memberikan premium atau tambahan imbal hasil untuk bisa menarik investor.

Adapun rincian nominal yang dimenangkan dan imbal hasil untuk tiap-tiap seri yaitu SPN tenor 12 bulan dimenangkan Rp2 triliun dengan imbal hasil 6,25000 persen.

FR0104 tenor 5 tahun dimenangkan Rp 12,70 triliun dengan imbal hasil 6,70023 persen; FR0103 tenor 10 tahun dimenangkan Rp 7,15 triliun dengan imbal hasil 7,01985 persen; FR0106 tenor 15 tahun dimenangkan Rp 1,75 triliun dengan imbal hasil 7,03713 persen; FR0107 tenor 20 tahun dimenangkan Rp 4,10 triliun dengan imbal hasil 7,07804 persen; dan FR0105 tenor 40 tahun dimenangkan Rp 300 miliar dengan imbal hasil 7,10892 persen.

Sri Mulyani menambahkan, pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga terjaga stabil, dengan imbal hasil SUN 10 tahun siang ini berada pada level 7,01 persen.

“Ini yang biasa digunakan sebagai tolok ukur asumsi makro dalam APBN. Levelnya tidak berubah atau sama dengan yield pada posisi awal tahun 1 Januari 2025,” jelas dia.

Dari segi spread yield terhadap US Treasury, SUN 10 tahun Indonesia juga lebih baik dari banyak negara sejawat.

Spread yield SUN 10 tahun terhadap US Treasury dengan tenor yang sama terbilang cukup rendah, yaitu 267 basis poin (bps). Sebagai perbandingan, spread yield Mexico 521 bps, Afrika Selatan 629 bps, dan Brasil 1.070 bps. Artinya, negara-negara itu membayar surat utang jauh lebih mahal.

“Jadi kalau dibandingkan, Indonesia memiliki daya tarik SUN yang kompetitif, dan ini mencerminkan kepercayaan terhadap pengelolaan APBN kita,” tambah Menkeu.

Dukungan investor asing terhadap pasar SBN juga cukup kuat, dengan catatan aliran modal masuk (capital inflow) di pasar SBN mencapai Rp 17,53 triliun (year-to-date/ytd).

“Kami ingin menegaskan kepada pelaku pasar, Kemenkeu akan terus mengelola APBN secara prudent dan kredibel. Ini penting untuk mencapai tujuan pembangunan serta untuk terus menjaga kepercayaan masyarakat dan juga pelaku ekonomi,” tuturnya.

0 comments

    Leave a Reply